Saturday, December 18, 2010
posted by TokoMainanOnline at 10:59 AM | Permalink
Selamat Jalan
Tidak terasa, hari ini adalah hari ke 9 sejak bokap gw pergi meninggalkan kita.
Sampai saat ini , gw masih berasa bokap ada di tengah-tengah kita. Rasanya tidak percaya kalau dia sudah pergi. Rasanya baruuuu aja dia bercanda dengan anak-anak gw, rasanya baruuuu aja kita jalan-jalan ke mall sama-sama. Benar-benar tidak percaya akan semua yang terjadi.
Rabu tgl 9 dec jam 3 pagi gw terbangun sambil teriak-teriak dan nangis. Ternyata gw mimpi. Mimpi gw adalah, gw sedang berjalan sama bokap dan adek gw, dan dalam mimpi itu gw melihat akong gw yang udah meninggal. Dia bilang, saat ini adalah saat bokap gw pergi dan dia akan membawa bokap gw bersama dia. Dalam mimpi, gw nangis-nangis sambil melukin bokap gw supaya tidak dibawa oleh akong gw, dan di situlah gw langsung terbangun.
Gw tidak percaya sama mimpi, maka saat itu juga gw tidak percaya sama mimpi gw. Gw aminkan kalau bokap gw akan berumur panjang, karena kata orang mimpi adalah kebalikan dari kenyataan. Gw sempet cerita sama adek gw ttg mimpi gw ini, dan kita berdua berdoa agar mimpi itu dijauhkan.
Hari rabu jam 5 sore nyokap gw telpon kabarin bahwa hasil tes darah bokap gw tidak bagus. Karena itu dia akan membawa bokap utk konsul ke dokter. Jam 8 malam nyokap kabarin kalau bokap gw harus dirawat, dan jam 9 malam nyokap kabarin bokap gw udah dalam keadaan gawat dan masuk ICU.
Kejadian bener-bener cepet banget. Padahal bokap gw dibawa ke RS dalam keadaan sehat, masih bisa jalan, masih bisa bercanda dengan dokter. Tadinya juga dia nolak utk dirawat, setelah dibujukin dokter akhirnya dia mau dirawat. Ketika dia mau dibawa ke kamar perawatan, di situ lah dia langsung kejang-kejang, dan tidak sadarkan diri.
Gw tiba di RS jam 10 malam hari rabu, dan saat itu bokap gw udah tidak sadarkan diri. Jam 11 malam Pastur datang untuk memberi perminyakan karena nyokap gw takut terjadi apa-apa dan tidak keburu panggil Pastur. Setelah didoakan Pastur, wajah bokap gw damaiiii sekali, dan tidak menunjukkan kesakitan apapun. Damai dan segar, seperti orang tidur aja.
Hari kamis jam 3 pagi, suster mengabarkan kalau nafas bokap gw akan terhenti dan akan dipasang alat Ventilator. Kamis jam 7 pagi, dokter memberi vonis Bokap gw tidak ada harapan, dan dari segi medis sudah angkat tangan. Pendarahan di otak yang tadinya kecil, tiba-tiba sudah melebar kemana-mana. Hari Kamis sore keadaan makin memburuk, ditandai dengan pendarahan dari lambung. Hari Kamis malam, adek gw dari Singapur sampai RS jam 10 malam, dia langsung masuk ruang ICU dan bicara sama bokap gw. Ajaib banget, tiba-tiba bokap bergerak-gerak, biarpun mata tidak bisa terbuka tapi kepala nya gerak-gerak, tangan nya meremas tangan adek gw, dan bahu nya dia gerak-gerakkan terus. Benar-benar dia ingin menunjukkan kalau dia tahu adek gw udah pulang.
Hari jumat, keadaan masih sama. Napas dari dia sendiri sudah tidak ada, 100% hanya dari alat ventilator. Terus banyak yang bilang, percuma pake ventilator, udah banyak kejadian, tapi hanya buang- buang uang. Mau sampai kapan pake ventilator, sedangkan dokter bilang sudah tidak ada harapan. Banyak yang menyarankan untuk cabut aja alat ventilator itu, tapi dari hati kecil gw, rasanya gak tega untuk cabut alat itu, karena kata dokter bila dicabut ya papi gw langsung pergi. Serasa kita yang memaksa dia untuk pergi.
Hari Sabtu pagi, anak-anak gw besuk ke ICU dan bicara sama bokap gw, tapi udah tidak ada reaksi. Sepanjang hari Sabtu rasanya sedihhhh sekali. Bingung. Seharian kita bergumul, kita harus berbuat apa. Sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan kecuali menunggu. Yang paling bikin hati gw sedih adalah ucapan nyokap gw sama bokap gw. Gw tau yang dia pikirkan adalah biaya, sehingga dia bilang sama bokap gw, tolong jangan susahin anak-anak, karena anak anak belum ada yang jadi. Bila ada mukzizat terjadi, sembuhlah. Tapi bila papi sudah tidak kuat, pergilah dengan tenang. Kita semua sudah siap dan ikhlas. Sedih bener denger kata-kata itu.
Dan bokap emang baik. Hari Sabtu jam 11 malam akhirnya dia pergi meninggalkan kita semua. Dia tidak mau merepotkan siapa-siapa. Perginya juga tenang sekali. Tiba-tiba aja detak jantungnya berenti. Dan dia pergi pada saat kita semua anak-anaknya , ari, dan nyokap gw ada di samping dia. Selamat Jalan Papi, kami yakin dan percaya engkau akan diterima di sisiNya. ENgkau akan diberi terang di sepanjang jalanmu. Engkau akan bahagia dan damai di atas sana. Selamat Jalan..
Sampai saat ini , gw masih berasa bokap ada di tengah-tengah kita. Rasanya tidak percaya kalau dia sudah pergi. Rasanya baruuuu aja dia bercanda dengan anak-anak gw, rasanya baruuuu aja kita jalan-jalan ke mall sama-sama. Benar-benar tidak percaya akan semua yang terjadi.
Rabu tgl 9 dec jam 3 pagi gw terbangun sambil teriak-teriak dan nangis. Ternyata gw mimpi. Mimpi gw adalah, gw sedang berjalan sama bokap dan adek gw, dan dalam mimpi itu gw melihat akong gw yang udah meninggal. Dia bilang, saat ini adalah saat bokap gw pergi dan dia akan membawa bokap gw bersama dia. Dalam mimpi, gw nangis-nangis sambil melukin bokap gw supaya tidak dibawa oleh akong gw, dan di situlah gw langsung terbangun.
Gw tidak percaya sama mimpi, maka saat itu juga gw tidak percaya sama mimpi gw. Gw aminkan kalau bokap gw akan berumur panjang, karena kata orang mimpi adalah kebalikan dari kenyataan. Gw sempet cerita sama adek gw ttg mimpi gw ini, dan kita berdua berdoa agar mimpi itu dijauhkan.
Hari rabu jam 5 sore nyokap gw telpon kabarin bahwa hasil tes darah bokap gw tidak bagus. Karena itu dia akan membawa bokap utk konsul ke dokter. Jam 8 malam nyokap kabarin kalau bokap gw harus dirawat, dan jam 9 malam nyokap kabarin bokap gw udah dalam keadaan gawat dan masuk ICU.
Kejadian bener-bener cepet banget. Padahal bokap gw dibawa ke RS dalam keadaan sehat, masih bisa jalan, masih bisa bercanda dengan dokter. Tadinya juga dia nolak utk dirawat, setelah dibujukin dokter akhirnya dia mau dirawat. Ketika dia mau dibawa ke kamar perawatan, di situ lah dia langsung kejang-kejang, dan tidak sadarkan diri.
Gw tiba di RS jam 10 malam hari rabu, dan saat itu bokap gw udah tidak sadarkan diri. Jam 11 malam Pastur datang untuk memberi perminyakan karena nyokap gw takut terjadi apa-apa dan tidak keburu panggil Pastur. Setelah didoakan Pastur, wajah bokap gw damaiiii sekali, dan tidak menunjukkan kesakitan apapun. Damai dan segar, seperti orang tidur aja.
Hari kamis jam 3 pagi, suster mengabarkan kalau nafas bokap gw akan terhenti dan akan dipasang alat Ventilator. Kamis jam 7 pagi, dokter memberi vonis Bokap gw tidak ada harapan, dan dari segi medis sudah angkat tangan. Pendarahan di otak yang tadinya kecil, tiba-tiba sudah melebar kemana-mana. Hari Kamis sore keadaan makin memburuk, ditandai dengan pendarahan dari lambung. Hari Kamis malam, adek gw dari Singapur sampai RS jam 10 malam, dia langsung masuk ruang ICU dan bicara sama bokap gw. Ajaib banget, tiba-tiba bokap bergerak-gerak, biarpun mata tidak bisa terbuka tapi kepala nya gerak-gerak, tangan nya meremas tangan adek gw, dan bahu nya dia gerak-gerakkan terus. Benar-benar dia ingin menunjukkan kalau dia tahu adek gw udah pulang.
Hari jumat, keadaan masih sama. Napas dari dia sendiri sudah tidak ada, 100% hanya dari alat ventilator. Terus banyak yang bilang, percuma pake ventilator, udah banyak kejadian, tapi hanya buang- buang uang. Mau sampai kapan pake ventilator, sedangkan dokter bilang sudah tidak ada harapan. Banyak yang menyarankan untuk cabut aja alat ventilator itu, tapi dari hati kecil gw, rasanya gak tega untuk cabut alat itu, karena kata dokter bila dicabut ya papi gw langsung pergi. Serasa kita yang memaksa dia untuk pergi.
Hari Sabtu pagi, anak-anak gw besuk ke ICU dan bicara sama bokap gw, tapi udah tidak ada reaksi. Sepanjang hari Sabtu rasanya sedihhhh sekali. Bingung. Seharian kita bergumul, kita harus berbuat apa. Sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan kecuali menunggu. Yang paling bikin hati gw sedih adalah ucapan nyokap gw sama bokap gw. Gw tau yang dia pikirkan adalah biaya, sehingga dia bilang sama bokap gw, tolong jangan susahin anak-anak, karena anak anak belum ada yang jadi. Bila ada mukzizat terjadi, sembuhlah. Tapi bila papi sudah tidak kuat, pergilah dengan tenang. Kita semua sudah siap dan ikhlas. Sedih bener denger kata-kata itu.
Dan bokap emang baik. Hari Sabtu jam 11 malam akhirnya dia pergi meninggalkan kita semua. Dia tidak mau merepotkan siapa-siapa. Perginya juga tenang sekali. Tiba-tiba aja detak jantungnya berenti. Dan dia pergi pada saat kita semua anak-anaknya , ari, dan nyokap gw ada di samping dia. Selamat Jalan Papi, kami yakin dan percaya engkau akan diterima di sisiNya. ENgkau akan diberi terang di sepanjang jalanmu. Engkau akan bahagia dan damai di atas sana. Selamat Jalan..
Labels: Cerita-cerita